Artikel
Q.S. At-Tin
Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas Perkuliahan Semester II (UAS)
“Al-Qur’an MI”
ANA F.S
Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan
Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel - Surabaya
Q.S
At-Tin berasal dari bahasa Arab: ุงูุชِِّูู
, yang artinya "Buah Tin", At-Tin adalah surah ke-95 dalam al-Qur'an.
Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah. Surah ini
diturunkan setelah surah Al-Buruj. Nama At-Tin diambil dari kata At-Tin yang
terdapat pada ayat pertama surah ini yang artinya buah Tin.
A. Arti Surah at-Tin
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang
- Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
- Dan demi bukit Sinai.
- Dan demi kota (Mekkah) ini yang aman.
- Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
- Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
- Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
- Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan itu) itu?
- Bukankah Allah Swt. Hakim yang seadil-adilnya?
B. Sebab-sebab Turunnya Surah
at-Tin (Asbabun Nuzul Surat at-Tiin ayat 1-8).
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al-‘Aufi yang
bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa firman Allah at-Tiin ayat 5 “kemudian Kami
kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya” mengandung arti dikembalikan
ke tingkat pikun (seperti bayi lagi). Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah saw
pernah ditanya tentang kedudukan orang-orang pikun. Maka Allah menurunkan ayat
selanjutnya (at-Tiin ayat 6), yang menegaskan bahwa mereka yang beriman dan
beramal sholeh sebelum pikun, akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.
Intinya surah at-Tin turun
berkaitan dengan pertanyaan para sahabat tentang balasan amal orang yang
sudah pikun. Melalui surah at-Tin, Allah Swt. menegaskan bahwa amal orang yang
beriman dan beramal saleh akan senantiasa mengalir pahalanya meskipun orang
tersebut mengalami pikun.
C. Kandungan Surah
at-Tin
Sesungguhnya kami Telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sebenarnya telah berulang
kali dikatakan dalam Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa memang Allah
menyatakan kebenaran dan keberadaan manusia sebagai mahluk yang mempunyai bentuk
yang sebaik-baiknya. Namun kiranya tidak tepat menurut sekalian para ahli
tafsir memahami ungkapan “sebaik-baik bentuk”. Hanya terbatas pada pengertian
fisik semata. Padahal Allah mengecam orang-orang yang fisiknya baik tetapi jiwa
dan akalnya kosong. Ayat in dikemukakan dalam konteks penggambaran anugerah. Dan tentunya
anugerah itu mengacu pada kesempurnaan bentuk dan isinya.
Kalau membahas makna dari ayat-ayat pada surat At- Tin sedikit banyak kita
akan mengetahui dan membenarkan bahwa manusia itu adalah mahluk yang memiliki
bentuk sebaik-baiknya, secara fisik dan tentunya nonfisik atau isi pada
manusia. Secara bentuk fisik mungkin kita telah banyak memahami dan meyakini
bahwa bentuk manusia lebih baik ketimbang bentuk fisik mahluk lainya. Namun
secara isi atau psikis itu sendiri, apa yang membuatnya menjadi mahluk yang
dikatakan mahluk paling sempurna.
Di ayat pertama Allah persumpah dengan menggunakan nama buah, yaitu buah
tin dan zaitun yang banyak memiliki manfaat atau potensi. Sebagai isarat bahwa
manusia diciptakan memiliki banyak potensi untuk dapat memberi banyak manfaat.
Salah satu potensi besar manusia, yaitu ditunjukkan Allah pada ayat kedua.
Yaitu Allah bersumpah atas nama sebuah tempat, yaitu bukit sinai tempat nabi
Musa menerima wahyu dari Allah. Hal ini bisa ditafsirkan bahwa manusia memiliki
potensi untuk mendapat petunjuk dan menegembangkan petunjuk tersebut. Ayat
kedua ini juga menyampaikan pesan bahwa manusia diciptakan Allah dalam bentuk
fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, sehingga apabila manusia bisa mengikuti
petunjuk Allah dan memanfaatkan dengan modal potensi yang manusia miliki, maka
manusia akan bisa bertahan dan bahkan mengatur dunia dan akhiratnya.
Dan jelas dijelaskan dalam ayat ke tiga “Dan demi kota (Mekah) Ini yang
aman”. Maka hal ini menunjukkan bahwa apabila manusia sudah bisa memannfatkan
potensinya dengan berdasar petunjuk-petunjuk yang Allah turunkan bagi manusia,
maka ia akan seperti kota makkah. Kota yang gersang tetapi kenyataannya kota
mekkah adalah kota yang diberkahi dengan makanan yang berlimpah dan jelas kota
yang aman.
Akal dijadikan oleh Allah dengan tabiat asal yang baik dan mematuhi
perintah Allah. Dalam proses pemenuhan
nafsu-nafsunya tersebut, manusia dibekali dengan akal. Manusia memang berpikir
sebagai dasar untuk menemukan cara memenuhi nafsunya, namun yang paling
menonjol dari manusia adalah karena ia memiliki akal yang bekerja bersama
dengan pikiran itu.Akal dalam hal ini berperan dalam memberikan petunjuk
tentang sesuatu, tentang apa yang bernilai atau tidak bagi diri manusia itu
sendiri. Selain itu, dengan akal pun manusia dapat memiliki kreativitas dan
dengannya menjadikan hidup ini dinamis.
Akal menjadikan manusia
seolah-olah seperti sebuah komputer yang paling canggih sedemikian sehingga
komputer yang paling canggih pun tidak bisa mengalahkan manusia. Hal ini
kembali disebabkan karena nafsu manusia yang tidak pernah habis, yang
menjadikan manusia terus mengejar sesuatu yang lebih. Dalam hal inilah nafsu
bekerja sama dengan akal untuk menciptakan sesuatu yang memiliki nilai lebih
bagi manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang terus mencari yang lebih
baik, itulah nafsu dasarnya dan akallah yang menjadi perantaranya, sarana untuk
merealisasikannya.
Hati peranannya mengenal dan berperasaan. Ia juga bisa menampung ilmu
pengetahuan tanpa belajar jika jiwanya bersih. Di samping itu ia menjadi raja
dalam diri manusia. Akal peranannya berfikir, mengkaji dan menilai untuk
menerima ilmu pengetahuan. Tabiat hati (roh) memang sudah kenal ALLAH dan mengenal
kebaikan. Sebagaimana
Firman Allah: "Tidakkah Aku
ini Tuhan kamu (wahai roh)?" Mereka menjawab: "Bahkan kami
menyaksikannya." (Al A`raf 172). Dalam Al-Qur’an banyak dikatakan bahwa
roh itu terbuat dari Nur. Kita bisa mengkaji bahwa nur atau cahaya itu mempunyai
sifat menerangi, cahaya mempunyai sifat merambat lurus, menembus benda bening,
memantulkan cahaya dan sebaginya. Hal ini menunjukkan bahwa ruh yang ada dalam
hati kita mempunyai sifat yang menerangi atau memberi petunjuk. Hati nurani ini bekerja sama dengan akal ketika merealisasikan
nafsu dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik.
Pada ayat kelima Allah berfirman “Kemudian kami kembalikan dia ke tempat
yang serendah-rendahnya”. Ada tiga penafsiran
yang membahas tentang tempat yang
serendah-rendahnya. Salah satu pakar tafsir indonesia Prof. Quraish Shihab
mengatakan: maksud dari tempat yang serendah-rendahnya adalah Keadaan dimana Ruh Ilahi belum menyatu
dengan diri manusia. Seperti diketahui proses manusia melalui dua tahap
utama : penyempurnaan fisik dan peniupan Ruh Ilahi sesuai dengan firman Allah
surah Al- Hijr ayat 29:
Maka apabila Aku Telah
menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku,
Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796].
[796] dimaksud dengan sujud
di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.
Ada juga ulama’ tasawuf berpen dapat lain.
Bahwa yang dimaksud dari tempat yang
serendah-rendahnya adalah dunia. Ketika manusia keluar dari dunia maka ia
telah dimasukkan ke tempat yang paling rendah. kemudian apakah potensi besar
yang ada pada manusia telah hilang? Tidak, menurut para ulama’ tasawuf saat
diturunkan manusia kedunia maka juga turun hijab yang menutupi potensi besar
itu sebab rendahnya martabat dunia.
Pada ayat ke enam Allah berfirman “Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
Kata iman bisa juga diartikan pembenaran. Pembenaran atas adanya Allah. Manusia
yang sudah di kembalikan kedunia telah tertutup penyaksiannya terhadap Allah.
Maka yang ia ketahui hanyalah dunia yang rendah ini. Tetapi dengan potensi yang
ada pada manusia, maka manusia mulai membangun dunia (membangun sosial,
ekonomi, politik, sains dan agamanya) hingga kemudian dari tugas dia sebagai
kholifah yang membangun dunia dengan alat nafsu, akal dan hatinya dan
berklaborasi dengan tugasnya sebagai hamba yang dituntut untuk beribadah. Maka
manusia akan menemukan iman atau pembenaran atas adanya Allah dan hari akhir
sebagai tujuan hidupnya.
Demikianlah. Allah telah
menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Sebagai mahluk yang
banyak memiliki potensi, sehingga dengan potensi itu manusia bisa menjadi
kholifah yang memerintah dan membangun alam semesta. Manusia mencapai tingkat
setinggi-tingginya apabila ia bisa mengklaborasikan tiga elemen potensial dalam
dirinya.
D. Tafsir
ayat :
Tafsir Surat at
Tin ayat 1
{َูุงูุชِّูู
َูุงูุฒَّْูุชُูู} ุฃَْู ุงْูู
َุฃَُِْْููููู ุฃَْู ุฌَุจََِْููู ุจِุงูุดَّุงู
ِ ููุจุชุงู
ุงูู
ุฃููููู
001. (Demi Tin dan Zaitun) keduanya adalah nama
buah, atau dapat juga keduanya diartikan nama dua buah gunung yang menumbuhkan
kedua buah tersebut.
Tafsir Surat at
Tin ayat 2
{َูุทُูุฑ
ุณَِِูููู} ุงْูุฌَุจَู ุงَّูุฐِู ََّููู
َ ุงَّููู ุชَุนَุงَูู ุนََِْููู ู
ُูุณَู
َูู
َุนَْูู ุณَِِูููู ุงْูู
ُุจَุงุฑَู ุฃَْู ุงْูุญَุณَู ุจِุงْูุฃَุดْุฌَุงุฑِ ุงْูู
ُุซْู
ِุฑَุฉ
002. (Dan demi bukit Sinai) nama sebuah bukit
tempat sewaktu Allah swt. berfirman kepada Nabi Musa. Arti lafal Siiniina ialah
yang diberkahi atau yang baik karena memiliki banyak pohon yang menghasilkan
buah. -
Tafsir Surat at
Tin ayat 3
{ََููุฐَุง
ุงْูุจََูุฏ ุงْูุฃَู
ِูู} ู
ََّูุฉ ِูุฃَู
ِْู ุงَّููุงุณ َِูููุง ุฌุงูููุฉ ูุฅุณูุงู
ุง
003. (Dan demi kota ini yang aman) yaitu kota
Mekah, dinamakan kota aman karena orang-orang yang tinggal di dalamnya merasa
aman, baik pada zaman jahiliah maupun di zaman Islam. -
Tafsir Surat at
Tin ayat 4
{ََููุฏْ
ุฎَََْูููุง ุงْูุฅِْูุณَุงู} ุงْูุฌِْูุณ {ِูู ุฃَุญْุณَู ุชَِْูููู
} ุชุนุฏูู ูุตูุฑุชู
004. (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia)
artinya semua manusia (dalam bentuk yang sebaik-baiknya) artinya baik
bentuk atau pun penampilannya amatlah baik.
Tafsir Surat at
Tin ayat 5
{ุซُู
َّ
ุฑَุฏَุฏَْูุงُู} ِูู ุจَุนْุถ ุฃَْูุฑَุงุฏู {ุฃَุณَْูู ุณَุงَِِูููู} َِููุงَูุฉ ุนَْู
ุงَْููุฑَู
َูุงูุถَّุนْู ََُْููููุต ุนَู
َู ุงْูู
ُุคْู
ِู ุนู ุฒู
ู ุงูุดุจุงุจ ููููู ูู ุฃุฌุฑู
ุจูููู ุชุนุงูู
005. (Kemudian Kami kembalikan dia) maksudnya
sebagian di antara mereka (ke tempat yang serendah-rendahnya) ungkapan
ini merupakan kata kiasan bagi masa tua, karena jika usia telah lanjut kekuatan
pun sudah mulai melemah dan pikun. Dengan demikian ia akan berkurang dalam
beramal, berbeda dengan sewaktu masih muda; sekalipun demikian dalam hal
mendapat pahala ia akan mendapat imbalan yang sama sebagaimana sewaktu ia
beramal di kala masih muda, hal ini diungkapkan dalam firman selanjutnya,
yaitu:

{ุฅَِّูุง}
َِْููู {ุงَّูุฐَِูู ุขู
َُููุง َูุนَู
ُِููุง ุงูุตَّุงِูุญَุงุช ََُูููู
ْ ุฃَุฌْุฑ ุบَْูุฑ
ู
َู
ُْููู} ู
َْูุทُูุน َِููู ุงْูุญَุฏِูุซ ุฅِุฐَุง ุจََูุบَ ุงْูู
ُุคْู
ِู ู
ِْู ุงِْููุจَุฑ
ู
َุง ُูุนْุฌِุฒُู ุนَْู ุงْูุนَู
َู ُูุชِุจَ َُูู ู
َุง َูุงَู َูุนْู
َู
006. (Kecuali) melainkan (orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya) atau pahala yang tak pernah terputus. Di dalam sebuah hadis
telah disebutkan, bahwa apabila orang mukmin mencapai usia tua hingga ia tidak
mampu lagi untuk mengerjakan amal kebaikan, maka dituliskan baginya pahala amal
kebaikan yang biasa ia kerjakan di masa mudanya dahulu.
Tafsir Surat at
Tin ayat 7
{َูู
َุง
َُููุฐِّุจู} ุฃََّููุง ุงَْููุงِูุฑ {ุจَุนْุฏ} ุจَุนْุฏ ู
َุง ุฐُِูุฑَ ู
ِْู ุฎَْูู
ุงْูุฅِْูุณَุงู ِูู ุฃَุญْุณَู ุตُูุฑَุฉ ุซُู
َّ ุฑَุฏّู ุฅَِูู ุฃَุฑْุฐَู ุงْูุนُู
ُุฑ ุงูุฏَّุงّู
ุนََูู ุงُْููุฏْุฑَุฉ ุนََูู ุงْูุจَุนْุซ {ุจِุงูุฏِِّูู} ุจِุงْูุฌَุฒَุงุกِ ุงْูู
َุณْุจُูู
ุจِุงْูุจَุนْุซِ َูุงْูุญِุณَุงุจ ุฃَْู ู
َุง َูุฌْุนَูู ู
َُูุฐِّุจًุง ุจِุฐََِูู ََููุง ุฌุงุนู ูู
007. (Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan)
hai orang kafir (sesudah itu) yakni sesudah hal-hal yang telah
disebutkan tadi, yaitu mengenai penciptaan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya, kemudian dijadikan-Nya tua dan pikun, yang hal ini menunjukkan
kepada kekuasaan-Nya untuk membangkitkan makhluk hidup kembali (hari
pembalasan) yang terlebih dahulu diawali dengan hari kebangkitan lalu
perhitungan amal perbuatan. Maksudnya apakah gerangan yang mendorongmu
mendustakan hal tersebut? Tentu saja tidak ada yang mendorongnya untuk
mendustakan hal tersebut selain dirinya sendiri.
Tafsir Surat at
Tin ayat 8
{ุฃََْููุณَ
ุงَّููู ุจِุฃَุญَْูู
ุงْูุญَุงِูู
َِูู} َُูู ุฃَْูุถَู ุงَْููุงุถَِูู َูุญُْูู
ู
ุจِุงْูุฌَุฒَุงุกِ ู
ِْู ุฐََِูู َِููู ุงْูุญَุฏِูุซ ู
َْู َูุฑَุฃَ َูุงูุชِّูู ุฅَِูู ุขุฎِุฑَูุง
ََُْْููููู ุจََูู َูุฃََูุง ุนูู ุฐูู ู
ู ุงูุดุงูุฏูู
008. (Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?)
artinya Dia adalah hakim yang paling adil di antara hakim-hakim yang adil
lainnya, dan keputusan-Nya berdasarkan sifat tersebut. Di dalam sebuah hadis
disebutkan, "Barang siapa membaca surah At-Tiin hingga akhir surah, maka
hendaknya sesudah itu ia menjawab, 'Balaa Wa Anaa 'Alaa Dzaalika Minasy
Syaahidiina/tentu saja kami termasuk orang-orang yang menyaksikan akan hal
tersebut.
tolong silahturahmi di blog saya
BalasHapusjurnalaqidah.blogspot.com
BalasHapusterima kasih
BalasHapus