Rabu, 24 Juni 2015

Artikel Ku (isi kandungan Q.S At-tin). . .



Artikel
Q.S. At-Tin
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Semester II (UAS)
“Al-Qur’an MI”
ANA F.S
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel - Surabaya



Surah At-Tin
Q.S At-Tin berasal dari bahasa Arab: ุงู„ุชِّูŠู†ِ , yang artinya "Buah Tin", At-Tin adalah surah ke-95 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah. Surah ini diturunkan setelah surah Al-Buruj. Nama At-Tin diambil dari kata At-Tin yang terdapat pada ayat pertama surah ini yang artinya buah Tin.

A. Arti Surah at-Tin
              Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang
  1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
  2. Dan demi bukit Sinai.
  3. Dan demi kota (Mekkah) ini yang aman.
  4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
  5. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
  6. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
  7. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan itu) itu?
  8. Bukankah Allah Swt. Hakim yang seadil-adilnya?
B. Sebab-sebab Turunnya Surah at-Tin (Asbabun Nuzul Surat at-Tiin ayat 1-8).
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al-‘Aufi yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa firman Allah at-Tiin ayat 5 “kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya” mengandung arti dikembalikan ke tingkat pikun (seperti bayi lagi). Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah saw pernah ditanya tentang kedudukan orang-orang pikun. Maka Allah menurunkan ayat selanjutnya (at-Tiin ayat 6), yang menegaskan bahwa mereka yang beriman dan beramal sholeh sebelum pikun, akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.
Intinya surah at-Tin turun berkaitan  dengan pertanyaan para sahabat tentang balasan amal orang yang sudah pikun. Melalui surah at-Tin, Allah Swt. menegaskan bahwa amal orang yang beriman dan beramal saleh akan senantiasa mengalir pahalanya meskipun orang tersebut mengalami pikun.

C. Kandungan Surah at-Tin
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sebenarnya telah berulang kali dikatakan dalam Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa memang Allah menyatakan kebenaran dan keberadaan manusia sebagai mahluk yang mempunyai bentuk yang sebaik-baiknya. Namun kiranya tidak tepat menurut sekalian para ahli tafsir memahami ungkapan “sebaik-baik bentuk”. Hanya terbatas pada pengertian fisik semata. Padahal Allah mengecam orang-orang yang fisiknya baik tetapi jiwa dan akalnya kosong. Ayat in dikemukakan dalam konteks penggambaran anugerah. Dan tentunya anugerah itu mengacu pada kesempurnaan bentuk dan isinya.
Kalau membahas makna dari ayat-ayat pada surat At- Tin sedikit banyak kita akan mengetahui dan membenarkan bahwa manusia itu adalah mahluk yang memiliki bentuk sebaik-baiknya, secara fisik dan tentunya nonfisik atau isi pada manusia. Secara bentuk fisik mungkin kita telah banyak memahami dan meyakini bahwa bentuk manusia lebih baik ketimbang bentuk fisik mahluk lainya. Namun secara isi atau psikis itu sendiri, apa yang membuatnya menjadi mahluk yang dikatakan mahluk paling sempurna.
Di ayat pertama Allah persumpah dengan menggunakan nama buah, yaitu buah tin dan zaitun yang banyak memiliki manfaat atau potensi. Sebagai isarat bahwa manusia diciptakan memiliki banyak potensi untuk dapat memberi banyak manfaat.
Salah satu potensi besar manusia, yaitu ditunjukkan Allah pada ayat kedua. Yaitu Allah bersumpah atas nama sebuah tempat, yaitu bukit sinai tempat nabi Musa menerima wahyu dari Allah. Hal ini bisa ditafsirkan bahwa manusia memiliki potensi untuk mendapat petunjuk dan menegembangkan petunjuk tersebut. Ayat kedua ini juga menyampaikan pesan bahwa manusia diciptakan Allah dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, sehingga apabila manusia bisa mengikuti petunjuk Allah dan memanfaatkan dengan modal potensi yang manusia miliki, maka manusia akan bisa bertahan dan bahkan mengatur dunia dan akhiratnya.
Dan jelas dijelaskan dalam ayat ke tiga “Dan demi kota (Mekah) Ini yang aman”. Maka hal ini menunjukkan bahwa apabila manusia sudah bisa memannfatkan potensinya dengan berdasar petunjuk-petunjuk yang Allah turunkan bagi manusia, maka ia akan seperti kota makkah. Kota yang gersang tetapi kenyataannya kota mekkah adalah kota yang diberkahi dengan makanan yang berlimpah dan jelas kota yang aman.
Akal dijadikan oleh Allah dengan tabiat asal yang baik dan mematuhi perintah Allah. Dalam proses pemenuhan nafsu-nafsunya tersebut, manusia dibekali dengan akal. Manusia memang berpikir sebagai dasar untuk menemukan cara memenuhi nafsunya, namun yang paling menonjol dari manusia adalah karena ia memiliki akal yang bekerja bersama dengan pikiran itu.Akal dalam hal ini berperan dalam memberikan petunjuk tentang sesuatu, tentang apa yang bernilai atau tidak bagi diri manusia itu sendiri. Selain itu, dengan akal pun manusia dapat memiliki kreativitas dan dengannya menjadikan hidup ini dinamis.
Akal menjadikan manusia seolah-olah seperti sebuah komputer yang paling canggih sedemikian sehingga komputer yang paling canggih pun tidak bisa mengalahkan manusia. Hal ini kembali disebabkan karena nafsu manusia yang tidak pernah habis, yang menjadikan manusia terus mengejar sesuatu yang lebih. Dalam hal inilah nafsu bekerja sama dengan akal untuk menciptakan sesuatu yang memiliki nilai lebih bagi manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang terus mencari yang lebih baik, itulah nafsu dasarnya dan akallah yang menjadi perantaranya, sarana untuk merealisasikannya.
Hati peranannya mengenal dan berperasaan. Ia juga bisa menampung ilmu pengetahuan tanpa belajar jika jiwanya bersih. Di samping itu ia menjadi raja dalam diri manusia. Akal peranannya berfikir, mengkaji dan menilai untuk menerima ilmu pengetahuan. Tabiat hati (roh) memang sudah kenal ALLAH dan mengenal kebaikan. Sebagaimana Firman Allah: "Tidakkah Aku ini Tuhan kamu (wahai roh)?" Mereka menjawab: "Bahkan kami menyaksikannya." (Al A`raf 172). Dalam Al-Qur’an banyak dikatakan bahwa roh itu terbuat dari Nur. Kita bisa mengkaji bahwa nur atau cahaya itu mempunyai sifat menerangi, cahaya mempunyai sifat merambat lurus, menembus benda bening, memantulkan cahaya dan sebaginya. Hal ini menunjukkan bahwa ruh yang ada dalam hati kita mempunyai sifat yang menerangi atau memberi petunjuk. Hati nurani ini bekerja sama dengan akal ketika merealisasikan nafsu dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik.
Pada ayat kelima Allah berfirman “Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya”. Ada tiga penafsiran yang membahas tentang tempat yang serendah-rendahnya. Salah satu pakar tafsir indonesia Prof. Quraish Shihab mengatakan: maksud dari tempat yang serendah-rendahnya adalah Keadaan dimana Ruh Ilahi belum menyatu dengan diri manusia. Seperti diketahui proses manusia melalui dua tahap utama : penyempurnaan fisik dan peniupan Ruh Ilahi sesuai dengan firman Allah surah Al- Hijr ayat 29:
Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796].
[796]  dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.
Ada juga ulama’ tasawuf berpen dapat lain. Bahwa yang dimaksud dari tempat yang serendah-rendahnya adalah dunia. Ketika manusia keluar dari dunia maka ia telah dimasukkan ke tempat yang paling rendah. kemudian apakah potensi besar yang ada pada manusia telah hilang? Tidak, menurut para ulama’ tasawuf saat diturunkan manusia kedunia maka juga turun hijab yang menutupi potensi besar itu sebab rendahnya martabat dunia.
Pada ayat ke enam Allah berfirman “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. Kata iman bisa juga diartikan pembenaran. Pembenaran atas adanya Allah. Manusia yang sudah di kembalikan kedunia telah tertutup penyaksiannya terhadap Allah. Maka yang ia ketahui hanyalah dunia yang rendah ini. Tetapi dengan potensi yang ada pada manusia, maka manusia mulai membangun dunia (membangun sosial, ekonomi, politik, sains dan agamanya) hingga kemudian dari tugas dia sebagai kholifah yang membangun dunia dengan alat nafsu, akal dan hatinya dan berklaborasi dengan tugasnya sebagai hamba yang dituntut untuk beribadah. Maka manusia akan menemukan iman atau pembenaran atas adanya Allah dan hari akhir sebagai tujuan hidupnya.
Demikianlah. Allah telah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Sebagai mahluk yang banyak memiliki potensi, sehingga dengan potensi itu manusia bisa menjadi kholifah yang memerintah dan membangun alam semesta. Manusia mencapai tingkat setinggi-tingginya apabila ia bisa mengklaborasikan tiga elemen potensial dalam dirinya.

D. Tafsir ayat :
Tafsir Surat at Tin ayat 1
{ูˆَุงู„ุชِّูŠู† ูˆَุงู„ุฒَّูŠْุชُูˆู†} ุฃَูŠْ ุงู„ْู…َุฃْูƒُูˆู„َูŠْู†ِ ุฃَูˆْ ุฌَุจَู„َูŠْู†ِ ุจِุงู„ุดَّุงู…ِ ูŠู†ุจุชุงู† ุงู„ู…ุฃูƒูˆู„ูŠู†
001. (Demi Tin dan Zaitun) keduanya adalah nama buah, atau dapat juga keduanya diartikan nama dua buah gunung yang menumbuhkan kedua buah tersebut.
Tafsir Surat at Tin ayat 2
{ูˆَุทُูˆุฑ ุณِูŠู†ِูŠู†َ} ุงู„ْุฌَุจَู„ ุงู„َّุฐِูŠ ูƒَู„َّู…َ ุงู„ู„َّู‡ ุชَุนَุงู„َู‰ ุนَู„َูŠْู‡ِ ู…ُูˆุณَู‰ ูˆَู…َุนْู†َู‰ ุณِูŠู†ِูŠู†َ ุงู„ْู…ُุจَุงุฑَูƒ ุฃَูˆْ ุงู„ْุญَุณَู† ุจِุงู„ْุฃَุดْุฌَุงุฑِ ุงู„ْู…ُุซْู…ِุฑَุฉ
002. (Dan demi bukit Sinai) nama sebuah bukit tempat sewaktu Allah swt. berfirman kepada Nabi Musa. Arti lafal Siiniina ialah yang diberkahi atau yang baik karena memiliki banyak pohon yang menghasilkan buah. -
Tafsir Surat at Tin ayat 3
{ูˆَู‡َุฐَุง ุงู„ْุจَู„َุฏ ุงู„ْุฃَู…ِูŠู†} ู…َูƒَّุฉ ู„ِุฃَู…ْู†ِ ุงู„ู†َّุงุณ ูِูŠู‡َุง ุฌุงู‡ู„ูŠุฉ ูˆุฅุณู„ุงู…ุง
003. (Dan demi kota ini yang aman) yaitu kota Mekah, dinamakan kota aman karena orang-orang yang tinggal di dalamnya merasa aman, baik pada zaman jahiliah maupun di zaman Islam. -
Tafsir Surat at Tin ayat 4
{ู„َู‚َุฏْ ุฎَู„َู‚ْู†َุง ุงู„ْุฅِู†ْุณَุงู†} ุงู„ْุฌِู†ْุณ {ูِูŠ ุฃَุญْุณَู† ุชَู‚ْูˆِูŠู…} ุชุนุฏูŠู„ ู„ุตูˆุฑุชู‡
004. (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) artinya semua manusia (dalam bentuk yang sebaik-baiknya) artinya baik bentuk atau pun penampilannya amatlah baik.
Tafsir Surat at Tin ayat 5
{ุซُู…َّ ุฑَุฏَุฏْู†َุงู‡ُ} ูِูŠ ุจَุนْุถ ุฃَูْุฑَุงุฏู‡ {ุฃَุณْูَู„ ุณَุงูِู„ِูŠู†َ} ูƒِู†َุงูŠَุฉ ุนَู†ْ ุงู„ْู‡َุฑَู… ูˆَุงู„ุถَّุนْู ูَูŠَู†ْู‚ُุต ุนَู…َู„ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู† ุนู† ุฒู…ู† ุงู„ุดุจุงุจ ูˆูŠูƒูˆู† ู„ู‡ ุฃุฌุฑู‡ ุจู‚ูˆู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰
005. (Kemudian Kami kembalikan dia) maksudnya sebagian di antara mereka (ke tempat yang serendah-rendahnya) ungkapan ini merupakan kata kiasan bagi masa tua, karena jika usia telah lanjut kekuatan pun sudah mulai melemah dan pikun. Dengan demikian ia akan berkurang dalam beramal, berbeda dengan sewaktu masih muda; sekalipun demikian dalam hal mendapat pahala ia akan mendapat imbalan yang sama sebagaimana sewaktu ia beramal di kala masih muda, hal ini diungkapkan dalam firman selanjutnya, yaitu:
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLw6aPNBdLdYVo3oEhP4QlBQrvuI2JTPq-HWgVXrCm0En8mbs9x4N4jn9Cm8MU7shrVMMUCYDGto9y7yDWDxtpmg6IR3ncSazncCUAAo45kZktyY8Ni0v9uZCrdkB9Inn4gzIZcA4yrgNi/s1600/095+at+tin.jpgTafsir Surat at Tin ayat 6
{ุฅِู„َّุง} ู„َูƒِู†ْ {ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ูˆَุนَู…ِู„ُูˆุง ุงู„ุตَّุงู„ِุญَุงุช ูَู„َู‡ُู…ْ ุฃَุฌْุฑ ุบَูŠْุฑ ู…َู…ْู†ُูˆู†} ู…َู‚ْุทُูˆุน ูˆَูِูŠ ุงู„ْุญَุฏِูŠุซ ุฅِุฐَุง ุจَู„َุบَ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู† ู…ِู†ْ ุงู„ْูƒِุจَุฑ ู…َุง ูŠُุนْุฌِุฒู‡ُ ุนَู†ْ ุงู„ْุนَู…َู„ ูƒُุชِุจَ ู„َู‡ُ ู…َุง ูƒَุงู†َ ูŠَุนْู…َู„
006. (Kecuali) melainkan (orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya) atau pahala yang tak pernah terputus. Di dalam sebuah hadis telah disebutkan, bahwa apabila orang mukmin mencapai usia tua hingga ia tidak mampu lagi untuk mengerjakan amal kebaikan, maka dituliskan baginya pahala amal kebaikan yang biasa ia kerjakan di masa mudanya dahulu.
Tafsir Surat at Tin ayat 7
{ูَู…َุง ูŠُูƒَุฐِّุจูƒ} ุฃَูŠّู‡َุง ุงู„ْูƒَุงูِุฑ {ุจَุนْุฏ} ุจَุนْุฏ ู…َุง ุฐُูƒِุฑَ ู…ِู†ْ ุฎَู„ْู‚ ุงู„ْุฅِู†ْุณَุงู† ูِูŠ ุฃَุญْุณَู† ุตُูˆุฑَุฉ ุซُู…َّ ุฑَุฏّู‡ ุฅِู„َู‰ ุฃَุฑْุฐَู„ ุงู„ْุนُู…ُุฑ ุงู„ุฏَّุงู„ّ ุนَู„َู‰ ุงู„ْู‚ُุฏْุฑَุฉ ุนَู„َู‰ ุงู„ْุจَุนْุซ {ุจِุงู„ุฏِّูŠู†ِ} ุจِุงู„ْุฌَุฒَุงุกِ ุงู„ْู…َุณْุจُูˆู‚ ุจِุงู„ْุจَุนْุซِ ูˆَุงู„ْุญِุณَุงุจ ุฃَูŠْ ู…َุง ูŠَุฌْุนَู„ูƒ ู…ُูƒَุฐِّุจًุง ุจِุฐَู„ِูƒَ ูˆَู„َุง ุฌุงุนู„ ู„ู‡
007. (Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan) hai orang kafir (sesudah itu) yakni sesudah hal-hal yang telah disebutkan tadi, yaitu mengenai penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian dijadikan-Nya tua dan pikun, yang hal ini menunjukkan kepada kekuasaan-Nya untuk membangkitkan makhluk hidup kembali (hari pembalasan) yang terlebih dahulu diawali dengan hari kebangkitan lalu perhitungan amal perbuatan. Maksudnya apakah gerangan yang mendorongmu mendustakan hal tersebut? Tentu saja tidak ada yang mendorongnya untuk mendustakan hal tersebut selain dirinya sendiri.
Tafsir Surat at Tin ayat 8
{ุฃَู„َูŠْุณَ ุงู„ู„َّู‡ ุจِุฃَุญْูƒَู… ุงู„ْุญَุงูƒِู…ِูŠู†َ} ู‡ُูˆَ ุฃَู‚ْุถَู‰ ุงู„ْู‚َุงุถِูŠู†َ ูˆَุญُูƒْู…ู‡ ุจِุงู„ْุฌَุฒَุงุกِ ู…ِู†ْ ุฐَู„ِูƒَ ูˆَูِูŠ ุงู„ْุญَุฏِูŠุซ ู…َู†ْ ู‚َุฑَุฃَ ูˆَุงู„ุชِّูŠู† ุฅِู„َู‰ ุขุฎِุฑู‡َุง ูَู„ْูŠَู‚ُู„ْ ุจَู„َู‰ ูˆَุฃَู†َุง ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ ู…ู† ุงู„ุดุงู‡ุฏูŠู†
008. (Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?) artinya Dia adalah hakim yang paling adil di antara hakim-hakim yang adil lainnya, dan keputusan-Nya berdasarkan sifat tersebut. Di dalam sebuah hadis disebutkan, "Barang siapa membaca surah At-Tiin hingga akhir surah, maka hendaknya sesudah itu ia menjawab, 'Balaa Wa Anaa 'Alaa Dzaalika Minasy Syaahidiina/tentu saja kami termasuk orang-orang yang menyaksikan akan hal tersebut.

3 komentar: